Jumat, 30 April 2010

Keraton Ratu Boko

Jalan-jalan ke Yogyakarta belum sedap apabila anda tidak mengunjungi candi-candi yang ada di sana, seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Kedua candi itu memang sangat terkenal tapi tahukah anda, bahwa Indonesia ini begitu banyak peninggalan yang sangat berharga bisa kita tahu bagaimana harus menemukan dan merawat itu semua menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi semuanya.
Saya senang sekali melihat peninggalan yang amat unik dan sangat indah, bayangkan saja seperti candi-candi yang telah ada di Indonesia dibuat hanya dengan batu yang ditumpuk tetapi dengan metode yang sangat luar biasa. Salah satunya seperti Candi Prambanan.
Setiap kali saya ke Yogyakarta saya sempatkan mampir untuk melihat karya indah yang sangat luar biasa di ujung Yogyakarta menuju Kota Solo, yaitu Candi Prambanan. Anda dapat masuk dengan mudah dan biaya yang di tawarkan sangat terjangkau. Saya datang kesana dengan membeli tiket paket Prambanan-Boko dengan harga Rp 30,000. Amat sangat istimewa saya langsung di antarkan pribadi dengan bus yang hanya untuk beberapa orang saja menuju Candi Ratu Boko dan setelah itu baru di Prambanan.
Awal yang sangat mengejutkan sebenarnya saya ingin di bawa kemana, jalan menuju ke sana sangat sepi namun tenang sekali disambut oleh rumah-rumah penduduk yang sangat ramah. Bus yang saya tumpangipun berjalan dengan pelan-pelan karena terdapat di daerah perbukitan. Dan kemudian tibalah saya ke Candi Ratu Boko tersebut. Sungguh sangat tenang , asri dan menyejukan.
Situs Keraton Ratu Boko terletak pada perbukitan dengan ketinggian 195,97 dpl, dengan luar sekitar 160.898 m2. Situs Ratu Boko merupakan peninggalan sejarah Hinduisme dan Budhisme, yang dibangun pada abd VIII-IX M. Pada waktu pertama kalinya, situs ini merupakan sebuah kompleks wihara sebagaimana tercatat dalam prasasti abhayagiriwihara yang berangka 792 M. Tinggalan arkeologi yang bersifat budhisme lainnya adalah runtuhan stupa, arca dhani Budha dan Stupika.
Sekitar tahun 856 M, situs ini berubah menjadi kediaman seorang penguasa bernama Rakai Walaing Pu Kumbhayoni yang beragama hindu. Temuan arkeologi berupa prasasti yaitu prasasti ratu book a, b ( berangka tahun 856 ) dan c semua mengandung keterangan tentang pendirian lingga yaitu lingga krrtivaso,lingga tryambaka, dan lingga hara. Prasasti lainnya prasasti pereng ( 862 M) mengandung keterangan tentang sebuah bangunan suci untuk Dewa Siwa yaitu candi badraloka. Adapaun tinggalnya yang bersifat hinduisme Arca Durga, Ganesa, Miniatur Candi, Yoni, dan prasasti dari lempengan emas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar