Sabtu, 17 November 2012

AKU DAN MENULIS

   Akhir-akhir ini aku amat bosan melihat berita lowongan kerja yang ditawarkan entah mengapa. Begitu banyak apa yang mereka tawarkan ini itu tapi hasil yang terjadi selalu tak sesuai dengan apa yang diiklankan. Sungguh meyakinkan bagi kami para pencari kerja. Memang sudah beberapa kali aku ada panngilan kerja, bahkan aku dapat panggilan menjadi supervisor sebuah toko obat. Aku banyak berpikir keras tentang kanan dan kiri, tentang depan dan belakang yang aku cari apa dan tujuanku apa ketika aku ambil jabatan tersebut. Sebelah hati berat, sebelah ahati menerima karena keadaan bisa dikatakan mendesak. Akhir kata aku datang dan mencoba berbicang apa yang aku kerjakan nantinya. Tapi aku putuskan aku tidak dapat bergabung didepan seorang yang cikal bakal menjadi BOSku nanti. Dia meminta alasannya mengapa, lalu aku bilang " saya ingin bekerja dengan hati, karena saya tidak pernah melamar di perusahaan tersebut sebagai supervisor". Bukan berarti saya pengecut takut akan apa resiko yang diambil tapi lagi-lagi hati menjadi idealis buat diri sendiri. Ya kita punta atasan di perusahaan tapi bukan berarti dia yang menentukan nasib ini mau berjalan bersamanya.
    Entah terkadang keputusasan membuat diriku menyalahkan diriku sendiri mengapa sudah berdiam dirumah tanpa kerjaan selama dua bulan itu cukup membosankan bahkan memalukan diri sendiri. Disodorkan ini itu, dicemooh pemalas, dicemooh tak mampu apa-apa. Toh kalau saya tak bisa apa-apa buat apa saya dipanggil berkali-kali toko obat itu masih bersedia untuk menerima jabatan tersebut atau tidak. Bukankah hidup itu pilihan, menerima atau menolak dengan tegas. Sambil menarik napas dalam-dalam dan aku hanya bisa tertawa bahwa aku cukup bahagia apa yang rasakan, bukan karena aku bebas akan pekerjaan yang menjadi budak para uang tapi aku merasa bahagia aku masih bisa melakukan apa yang aku suka yaitu menulis setiap waktu tanpa dibebankan oleh ini itu. 

Menulis ya menulis suatu pekerjaan yang amat menyenangkan. Aku bukan seorang penulis handal tapi aku yakin setiap manusia bisa menulis karena menulis bisa dilakukan dengan hati. Menulis bukan bagian dari sesi curahan hati semata karena aku menulis melalui blog pribadiku. Aku ingin bebas bukan berarti hidup yang aku lakukan tidak terarah, semeraut bahkan menghalalkan yang tidak benar menjadi benar. Aku hanya ingin menulis, menyumbangkan semua pikiran yang lewat dari saluran hati menuju ke otak dan di lantangkan oleh jari jemari menuju kertas bahkan kertas digital yang dimuat dilayar laptopku sendiri. Aku sadar suaraku tak begitu keras dan bahkan teramat lembut seperti semut tak terdengar ketika bicara kepada orang lain. Mereka selalu protes ketika aku presetansi kedepan, mereka berteriak untuk mana suaraku. Kalau boleh cukup banyak waktu bicara pada ,mereka dengan suara yang amat lantang. Saya pasti akan berbicara tolong " BACA YANG ADA DIDEPAN BAIK-BAIK" tanpa anda bersuara lantang selalu protes pada aku. Aku yakin hasil tulisan dipresentasiku lengkap dan jelas, itu juga suka dijelaskan oleh dosen bahwa presentasiku lengkap. Tapi yasudahlah, aku akan tetap menulis sesuai idealisku sendiri.

Bukan permasalahan suaraku tak lantang saja lantas aku senang menulis, karena hukum sebab akibat selalu menyatu dan sulit terpisahkan. Karena aku ingin membenarkan segala ketimpangan yang kurang sedap dihadapanku sendiri. Menulis bisa jadi salah satu bukti penyeruaan yang tepat. Walalu generasi jaman sekarang sulit sekali membaca sebuah tulisan, mereka lebih senang yang lebih visual dari pada sebuah tulisan dibacanya. Apalagi yang dihadapkannya adalah sebuah tulisan bahasa yang bermajas. Tapi semua balik lagi kebebasan pada diri mereka masing-masinglah yang benar. Karena aku  senang melakukan apa yang sesuai hatiku sendiri. Mungkin juga mereka seperti itu. Dan yang aku harapkan mereka bisa menentang dengan cara mereka sendiri bahwa yang salah akan tetap salah. Dan yang benar jangan disalahkan. PERJUANGAN.

Menjadi penulis bukanlah suatu pekerjaan yang bisa disepelekan. Terkadang menulis juga membosankan tapi tak sebosan menjadi budak para uang yang manut disuruh ini itu oleh bos bau yang hitam. Buktinya aku masih bisa tersenyum dan bersandar dan menghirup napas lega akan ketakutan akan bos bau itu karena aku hanya takut pada Tuhan. Bahkan aku bisa kapan saja aku menulis, meninggalkan pekerjaanku ini untuk mandi dengan bebas, makan sekedar mengisi perut. Menyenangkan bukan menjadi seorang penulis. Dan itulah aku, aku yang menyuarkan hatriku dengan menulis. Mungkin tulisanku tak sebagus penulis yang lain tapi aku akan selalu belajar untuk hatiku sendiri. Terima Kasih Tuhan engkau maha besar yang bisa menciptakan berbagai bahasa yang indah yang bisa aku tulis dan kurangkai sesuai hatiku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar