Selasa, 28 Februari 2012

SAYA MALU DENGAN BUDI

aku memang tak pernah melihat secara langsung, tentang kegiatan apa yang dilakukan si bocah kecil itu. Tapi aku cukup tahu bagaimana perjuangan melawan kejamnya kota sudah dimulai sejak dini...mengapa sejak dini ya..ya karena dia loper koran...

Entah namanya siapa..aku melihatnya dengan gigih...dikala pagi belum muncul diperaduannya...memecahkan sunyi dipinggir jalan menuju suatu tempat. Banyak tumpukan koran disana..untuk dibagikan kepada loper koran. Dia datang dengan semangat sebut saja dia budi..dia datang pukul 5 pagi dia sudah ditempat untuk mengambil bagiannya..berjalan dengan kaki kecilnya dia berkoar-koar dilampu merah. "koran..koran..koran". Dia tidak perduli yang ia kerjakan yang hanya dia tahu hanya bagaimana mencari uang untuk makan, biaya sekolahnya, dll.

Mungkin terlihat sepele bagi kita yang merasa enak. Semua kebutuhan bisa kita dapatkan dengan mudah. Saya sendiripun merasa malu bahkan seperti ditampar-tampar ketika melihatnya.

Saya usia 21 tahun sudah cukup dewasa tetapi terkadang manja
Budi usia 8 tahun masih kanak-kanak tetapi pikiranya dewasa

Kenapa saya malu...ya jelas saya malu..bahkan harus malu sama keadaan seperti bayangkan saja. Saya mahasiswa semester tingkat terakhir yang mungkin baru sadar bahwa kuliah tanpa bolos itu harusnya saya lakukan dari dari dulu. Masih beruntung saya dibiaya oleh orang tua saya. Lalu budi saja yang pagi buta dia harus berjualan koran dahulu baru bisa menikmati bangku sekolah. Belum lagi harus membagi uangnya untuk membantu perekonomian keluarganya walaupun hanya bantu-bantu saja. Sedangkan saya sering mengeluh tidak mempunyai uang jajan saya uring-uringan..belum lagi jika beli uang jajan saya habiskan untuk jajan beli ini itu yang tidak penting...pantas saya harus malu dengan BUDI...

Belum lagi budi harus membagi waktunya dengan belajar..agar tidak tertinggal pelajaran...Sedangkan saya suka bebicara sendiri "ahh tenang saja kan masih ada semester pendek".. oh Tuhan..Engkau memang hebat menciptakan anak sekecil itu..Padahal badanya saja tidak lebih besar dari badanku. Saya malu teramat sangat Tuhan dengan si Budi. Semoga saja saya bisa merubah diri saya sendiri dan menjadi si gigih Budi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar